Dewasa ini internet sudah menjadi kebutuhan. Seperempat penduduk Indonesia sudah pernah merasakan internet. Angka yang cukup besar untuk ukuran sebuah negara berkembang. Mayoritas penggunanya didominasi oleh kalangan usia 17-30 tahun. Dan sebagaian besar fasilitas internet yang digunakan adalah social networking. Facebook, Twitter, Tumblr, dan berbagai situs jejaring sosial lainnya menjadi situs paling sering dibuka. Bahkan sekarang sudah bisa diakses dimanapun melalui ponsel. Tidak harus melalui PC.

Dengan penggunaan sosial media yang sudah sangat mobile, kehidupan kita pun sedikit banyak terpengaruh oleh aktivitas kita di jejaring sosial. Kalau dulu ada istilah, mulutmu harimaumu, istilah itu bisa berubah menjadi tweetmu harimaumu atau statusmu harimaumu. Think before tweets.

Dengan banyaknya fenomena cyberstalker yang mulai menjamur, kehidupan jejaring sosial kita juga harus bisa kita jaga. Berikut beberapa tips bersosial media yang berhasil saya kumpulkan dari beberapa sumber :

1. No Such Thing as Private

Internet itu seperti gajah, tidak pernah lupa. Jika kita berbicara dengan orang lain, lama-kelamaan pasti bisa terlupa, namun pada internet kalimat yang kita tulis akan bertahan lebih lama. Apapun yang kita tweet, posting, update, share –meskipun kita menghapusnya sesegera mungkin—kemungkinan besar masih ada yang tahu. Bahkan mungkin sempat  di printscreen. Bahkan dalam sebuah grup yang sudah disetting privat sekalipun. Tidak ada yang benar-benar terjaga 100% kerahasiaan informasi kita. Semua masih berpotensi diambil, dicopy, ataupun disimpan oleh orang lain. Apalagi bila keamanan jaringan internet kita masih lemah.

2. A Little Bird Told Me

Di Amerika, setiap tweet disalin oleh pemerintah. Memang terdengar gila, tapi ini benar. Menurut blog Library of Ongress:

“Every public tweet, ever, since Twitter’s inception in March 2006, will be archived digitally at the Library of Congress…. Twitter processes more than 50 million tweets every day, with the total numbering in the billions.” – (terjemahkan sendiri ya. Pake google translate bisa kok :D)

Dan kita tidak tahu akan digunakan untuk apa informasi tersebut.

3. It’s Your Fault If It’s Default

Jangan lupa untuk selalu memastikan setting privasi akun kita. Periksa secara reguler bulanan, ataupun mingguan. Jangan pernah berasumsi bahwa default setting dari aplikasi jejaring sosial selalu private. Aplikasi jejaring sosial pasti selalu update. Bisa jadi settingnya berubah. Jika ada permintaan update baru, jangan langsung disetujui. Berpikirlah sejenak, bahkan kalau sempat, bacalah police of statement-nya.

4. Review Before Posting

Jangan pernah posting apapun jika itu tidak ingin dilihat oleh orang lain. Pastingan settingan privacy juga sudah sesuai. Bukan bermaksud overprotected, hal ini dimaksudkan agar segala sesuatu memang benar-benar dibaca oleh yang berhak saja

5. You Play, You Pay…in Loss of Privacy

Nah ini biasanya yang paling sulit dihindari. Game online, kuis, dan aplikasi hiburan lainnya memang menyenangkan. Namun tidak sedikit dari aplikasi tersebut yang mengambil informasi dari halaman kita dan kadang posting sesuatu tanpa sepengetahuan kita. Dulu saya pernah mengalami hal seperti ini. Beberapa kali akun Facebook saya, mempost gambar dan link yang cukup meresahkan. Hal ini terjadi setelah saya mencoba beberapa aplikasi di facebook. Namun setelah passwordnya saya ganti, alhamdulillah berhenti. Nah, sekarang teknologi hacking pasti lebih baik. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

6. How Do I Know You?

Ini juga lumayan bikin jengkel di Facebook. Banyak friend request dari orang yang tidak saya kenal. Kalau awalnya tidak kenal sih tidak masalah, tapi kalau mutual friendnnya sedikit tidak akan saya terima. Banyak request yang mutual friendnnya hanya 1 atau dua, bahkan tidak ada sama sekali. Darimana kalian kenal saya? Sekarang ada 300an friend request yang belum saya approve. Jika memang tujuannya ingin bertukar informasi, tinggalkan pesan, agar orang yang mau kita ajak kenalan tahu tujuan kita. Dan jangan alay.

7. You are yourself

Apa yang kita posting, merepresentasikan diri kita di dunia nyata. Tidak usah berlebihan. Dan jangan alay. Posting dan berilah kometar seperlunya. Ingat sosial media itu kadang bisa mengubah persepsi sesorang. Sebuah keceriaan bisa nampak seperti kealayan, nasihat bisa terkesan menggurui, berargumen dikira sewot, beropini disangka curhat, Ketika hendak mengeluarkan kalimat romantis dikira sedang  galau.

Memang perlu banyak upaya pencegahan dalam di dunia maya. Ingat, itu fasilitas publik. Terlebih-lebih Facebook. Apa yang kita lakukan akan ditampilkan di timeline. Kurangi kebiasaan alay. Karena teman kita juga bisa merasa tidak nyaman. Teman saya pernah ditag gambar yang tidak senonoh oleh temannya. Mau tidak mau, gambar itu muncul di beranda facebook saya. Meskipun itu ada nama orang yang mempost gambar tersebut, tetap yang dilihat pertama kali adalah gambarnya yang lebih besar, bukan namanya. Jangan hanya menyebarkan sampah di dunia maya. Jika sudah merasa tidak nyaman bisa kita laporkan ke pihak server sebagai SPAM.